Senin, 03 Juni 2013

The Beauty of Sunrise at Tahuna & Mount Awu at Sangihe Island

 Canon EOS 550D f/10 ; 1/160 sec ; FL: 21 mm ; ISO 400 ; Filter Wide + GND Blue & Black

Menikmati Matahari Terbit di Tahuna Pulau Sangihe sangat indah jika kita melihat dari sekitar perbukitan Pusunge. Yang mana matahari akan sangat tampak utuh, bahkan kita bisa melihat beberapa pulau di sebelah Timur Pulau Sangihe.

Suasana & pemandangan ini membawa kita pada Imajinasi yang sangat memukau. Di tengah keheningan suasana pagi di Pulau Sangihe.

Pulau Sangihe terletak di Utara Sulawesi Utara.


Pemandangan akan sangat menakjubkan, dengan matahari yang bulat bagai telur utuh sangatlah memukau.








Gunung Awu
Gunung ini terletak di sebelah Utara Pulau Sangihe, gunung api yang berjenis: stratovolcano dengan memiliki ketinggian 1,320 m.

Jika kita lihat dari udara, akan tampak jelas bekas aliran lahar yang membentuk seperti sungai. Foto udara di bawah jika lihat dari sekitar Airport Naha.



Gunung Awu sangat tampak megah ketika kita melihat dari Lengane, suatu daerah menuju Airport Naha. Akan tampak hamparan pohon kelapa di sekitar kaki gunung.

Penyebutan Gunung Awu ini merujuk pada kata: mansohowang yang artinya: menghanguskan.

Gunung Awu ini sejak tahun 1641 telah 15 kali meletus & selalu mengeluarkan api serta selalu menghanguskan daerah sekitar. Terakhir meletus tahun 2004.


  
Tetapi gunung ini membawa berkah bagi penghuni pulau ini, karena lereng sekitar gunung ini menjadi daerah yang sangat subur bagi tanaman seperti; kelapa, cengkeh, pala, merica & berbagai umbi-umbian.



Begitu pula ketika kita tiba di Airport Naha, maka gunung ini akan menjadi latar belakang yang cantik dari airport ini.





Tabukan Utara
Tabukan adalah salah satu daerah di Utara Pulau Sangihe, dalam bahasa sasaharanya disebut dengan: rimpulaeng.  Disebut seperti itu, karena berasal dari rimpu & bulaeng, yang artinya: pertemuan & emas.

Kerajaan Rimpulaeng telah dipersatukan lagi setelah letusan Gunung Awu, yang mana letusan telah menghancurkan pusat kerajaan serta digantinya Raja Makaampo dengan putranya sendiri Wuateng Semba. (disadur dari: Sasahara oleh Pendeta Ambrosius Makassar, 2012)





Pantai di Tabukan Utara memiliki pasir yang hitam, mengingat daerah ini terdapat jalan lahar dari Gunung Awu.



Di Pantai Tabukan Utara ini, kami bertemu dengan Pak Ramli yang sehari-hari sebagai nelayan, menangkap ikan untuk dijual di restoran pinggir pantai & kadang di pasar untuk menghidupi 2 anaknya yang masih bersekolah di SD kelas 6 & SMP kelas 2.


Dengan kapal pengangkap ikan yang tradisional, Pak Ramli setiap hari mencari ikan dari laut sekitar Tabukan Utara saja, dan hal ini sudah dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya bersama keluarga.





Dalam hitungan sekejab, Pak Ramli telah melaut lagi untuk sekedar menyambung kebahagiaan keluarganya. Kehidupan yang sederhana namun sangat bahagia dengan penuh rasa syukur semakin membekas dalam Imajinasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar